Menerapkan ragam hias pada bahan tekstil merupakan salah satu tema yang kita bahas pada pembelajaran tentang seni rupa. Salah satu cara untuk menerapkan ragam hias pada bahan tekstil adalah dengan “membatik”.
Baju batik merupakan salah satu hasil dari bahas tekstil yang dibentuk dengan teknik membatik sehingga jadilah baju batik. Kita yang menggunakan baju batik tentunya
akan merasa bahwa baju tersebut nyaman dan enak untuk dipakai namun apakah kita
pernah menyadari bahwa teknik membatik membutuhkan ketelitian dan konsentrasi
yang penuh untuk menghasilkan sesuatu yang baik?
Tugas:
Nah untuk itu di
dalam tugas keterampilan kali ini kalian diminta untuk mencari dan menemukan sebuah karya penerapan ragam hias pada bahan tekstil atau pun bahan alam
kemudian kalian jelaskan teknik apa yang digunakan dalam menerapkan ragam hias tersebut. Misalnya teknik memahat, menyulam, menenun dan membatik. Kalian
bisa mencari gambar di google atau pun mengambil foto sendiri atau dengan
menggambar. Pilihlah salah satu (gambar atau foto,) kemudian jelaskan bagaimana teknik tersebut diterapkan pada bahan yang kalian pilih entah tekstil atau pun bahan alam.
Kalian kerjakan
dalam 1 halaman kertas HVS kemudian dikumpulkan pada saat jam pelajaran sesuai
kelas masing-masing.
Berikut ini adalah
contoh bagaimana kalian mengerjakan tugas tersebut:
Gambar di atas adalah contoh penerapan ragam hias pada bahan tekstil dengan Teknik Membatik
Alat dan bahan yang
digunakan untuk menerapkan ragam hias pada bahan tekstil khususnya membatik
adalah canting, kuas, kompor minyak tanah, wajan, gawangan, nampan, panci,
sarung tangan, sendok dan mangkuk. Alat-alat ini dapat dirincikan sebagai
berikut:
a. Canting
Canting
merupakan alat utama yang dipergunakan untuk membatik. Penggunaan canting
adalah untuk menorehkan (melukiskan) cairan malam agar terbentuk motif batik.
Canting memiliki beberapa bagian yaitu:
·
Gagang
Gagang
merupakan bagian canting yang berfungsi sebagai pegangan pembatik pada saat
menggunakan canting untuk mengambil cairan malam dari wajan, dan menorehkan
(melukiskan) cairan malam pada kain. Gagang biasanya terbuat dari kayu ringan.
·
Nyamplung (tangki kecil)
Nyamplung
merupakan bgian canting yang berfungsi sebagai wadah cairan malam pada saat
proses membatik. Nyamplung terbuat dari tembaga.
·
Cucuk atau carat
Cucuk merupakan
bagian ujung canting dan memiliki lubang sebagai saluran cairan malam dari
nyamplung. Ukuran dan jumlah cucuk can beragam tergantung jenisnya. Cucuk
tersebut terbuat dari tembaga. Kondisi cucuk harus senantiasa berlubang, kalau
tersumbat oleh cairan malam yang sudah mengeras, cucuk dapat dilubangi lagi
dengan cara mencelupkan di cairan panas malam, sumbatan keras tersebut akan
turut mencair kembali. Sedangkan bila sumbatan belum mengeras maka
pelubangannya dapat dipakai dengan bulu sapu lantai.
b. Kuas
Pada umumnya
kuas dipergunakan untuk melukis, dalam proses membatik kuas juga dapat
dipergunakan untuk Nonyoki yaitu mengisi bidang motif luas dengan malam secara
penuh. Kuas dapat juga untuk menggores secara ekspresif dalam mewarnai kain.
Anda dapat mempergunakan kuas cat minyak, kuas cat air, atau bahkan kuas cat
tembok untuk bidang sangat luas.
c. Kompor
Minyak Tanah
Kompor minyak
tanah dipergunakan untuk memanasi malam agar cair. Pilihlah kompor yang
ukurannya kecil saja, tidak perlu yang besar. Pembatik tradisional biasanya
menggunakan anglo atau keren. Anglo merupakan arang katu sebagai bahan bakar.
Kelemahan anglo/keren adalah asap yang ditimbulkannya berbeda dengan kompor
yang tidak seberapa menimbulkan
asap. Pilihlah
kompor yang ukuran kecil saja, dengan diameter sekitar 13 cm, sesuai dengan
besaran wajan yang digunakan. Pemanasan malam tidak membutuhkan api yang cukup
besar seperti kalau kita memasak di dapur.
d. Wajan
Wadah untuk
mencairkan malam menggunakan wajan, terbuat dari bahan logam. Pilihlah wajan
yang memiliki tangkai lengkap kanan dan kiri agar memudahkan kita mengangkatnya
dari dan ke atas kompor. Wajan yang dipakai tidak perlu berukuran besar, wajan
dengan diameter kurang lebih 15 cm sudah cukup memadai untuk tempat pencairan
malam.
e. Gawangan
Pada waktu
membatik kain panjang, tidak mungkin tangan kiri pembatik memegangi kain
tersebut. Untuk itu membutuhkan media untuk membentangkan kain tersebut, yang
disebut gawangan. Disebut demikian karena bentuknya seperti gawang sepakbola,
terbuat dari kayu, agar ringan dan mudah diangkat dan dipindahkan. Peralatan
tersebut di atas sudah cukup memadai untuk kegiatan membatik Anda. Memang di
masa lalu ada beberapa peralatan pendukung lainnya seperti saringan, kursi
kecil (dingklik) dan lipas/tepas. Tepas diperlukan untuk membantuk menyalakan
api arang kayu di anglo/keren. Sekarang ini dengan adanya kompor, maka tepas
tidak diperlukan dalam kegiatan membatik.
f. Nampan
Nampan plastik
diperlukan untuk tempat cairan campuran pewarna dan mencelup kain dalam proses
pewarnaan. Pilihlah ukuran nampan yang sesuai dengan ukuran kain yang dibatik
agar kain benar-benar tercelup semuanya.
g. Panci
Panci aluminium
diperlukan untuk memanaskan air di atas kompor atau tungku dan untuk melorot
kain setelah diwarnai agar malam bisa bersih. Pilihlah ukuran panci sesuai
dengan ukuran kain yang dibatik.
h. Sarung
tangan
Sarung tangan
diperlukan sebagai pelindung tangan pada saat mencampur bahan pewarna dan
mencelupkan kain ke dalam cairan pewarna. Selama penyiapan warna dan pewarnaan
kain, pergunakanlah selalu sarung tangan karena bahan pewarna batik terbuat
dari bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan kulit dan pernafasan, kecuali
pewarna alami (natural).
i. Sendok &
Mangkuk
Sendok makan dibutuhkan untuk menakar zat pewarna dan mangkuk plastik untuk mencampur zat pewarna tersebut sebelum dimasukkan ke dalam air. Selain itu juga diperlukan gelas untuk menakar air.
Itulah alat-alat yang digunakan untuk menerapkan ragam hias pada bahan tekstil dengan teknik membatik.
1 Comments
.
ReplyDelete