Musik ansambel merupakan salah satu jenis musik yang dimainkan minimal tiga jenis alat musik yang berbeda. Harmonisasi bunyi merupakan salah satu kekuatan pada musik ansambel. Gamelan merupakan salah satu jenis musik yang tidak asing lagi bagi segenap  warga Indonesia. Alat musik ini memang khas dan berasal dari daerah Jawa dan Bali.

Di daerah-daerah tertentu, sering ditemukan istilah seni karawitan yang merupakan seperangkat alat musik yang digunakan untuk mengiringi penyanyi lagu tradisional.

Menurut Ki Sindu Suwarno, karawitann berasal dari kata “rawit” yang berarti cabe rawit yang kecil, halus dan indah. Indah artinya di sini adalah seni. Jadi menurutnya, Karawitan adalah seni suara yang berbentuk vokal maupun instrumental yang berlaraskan pelog dan slendro.

Menurut R.M. Kusumadinata isitilah karawitan adalah “pancaran sinar yang indah” yaitu seni artinya karawitan adalah suara yang berbentuk vokal maupun instrumental yang berlaraskan pelog dan slendro. Akan tetapi, pada era sekarang, istilah karawitan adalah mencakup jenis-jenis alat musik yang berbentuk vokal maupun instrumental dan tidak hanya yang berlaraskan pelog slendro saja. Nah, berkaitan dengan ini, kita akan mendalaminya pada saat kalian naik ke kelas IX khususnya semester II.

 

Sebenarnya apa itu laras pelog dan slendro?

Dalam musik karawitan jawa seringkali kita dengar istilah laras slendro dan laras pelog, kedua laras tersebut dalam istilah musik modern bisa disebut sebagai ‘tangga nada’ yakni susunan nada dalam satu oktaf. Kedua laras sering digunakan dalam gending yang dimainkan dengan seperangkat gamelan jawa. Gending adalah susunan melodi yang membentuk suasana dan karakter tertentu dalam musik jawa.

Laras slendro merupakan sistem urutan nada yang terdiri dari lima nada dalam satu gembyang (oktaf), nada tersebut diantaranya ; 1 (ji), 2 (ro), 3 (lu), 5 (mo), 6 (nem). Istilah ji, ro, lu, mo, nem tersebut merupakan nama singkatan angka dari bahasa jawa, ji berarti siji (satu), ro berarti loro (dua) lu berarti telu (tiga), mo berarti limo (lima) dan nem berarti enem (enam). Selain menggunakan singkatan nama, dalam laras juga sering digunakan istilah tradisional lainnya untuk menyebut setiap nada. Istilah tradisional tersebut diantaranya (1) Panunggal yang berarti kepala, (2) gulu yang berarti leher, (3) dada, (5) lima yang berarti lima jari pada tangan, dan (6) enem.

Dalam pertunjukan wayang kulit laras slendro seringkali dimainkan untuk adegan perang, barisan prajurit dan adegan lainnya. Secara emosional gending-gending yang menggunakan laras slendro dapat memunculkan perasaan gembira, ramai dan menyenangkan. Meski demikian, untuk gending-gending tertentu laras slendro dalam karawitan juga mampu menghasilkan suasana yang mampu memancing kesedihan, kerinduan, rasa cinta dan lain-lain.

Selain laras slendro, dalam karawitan jawa juga dikenal istilah laras pelog, yakni tangga nada yang terdiri dari tujuh nada yang berbeda. Nada-nada tersebut diantaranya nada; 1 (ji), 2 (ro), 3 (lu), 4 (pat), 5 (mo), 6 (nem) dan 7 (pi). Jika dibandingkan dengan tangga nada diatonis, susunan tangga nada pelog kurang lebih sama dengan susunan tangga nada mayor (do, re, mi, fa, so, la, si, do), namun penyebutan untuk karawitan tetap menggunakan bahasa jawa (ji, ro, lu, pat, mo, nem, pi).

Dalam memainkan laras pelog dalam gending, masih dapat dibagi lagi menjadi dua yaitu Pelog Barang, dan Pelog Bem. Pelog Barang tidak pernah membunyikan nada 1, sedangkan pelog Bem tidak pernah membunyikan nada 7.

 

Tugas III (berdasarkan bab XI)

Tuliskan dan jelaskan teknik serta gaya bernyanyi lagu tradisional. Setelah itu jelaskan perbedaan dari kedua hal tersebut.

Tugas IV (berdasarkan bab XII)

1.        Tuliskan dan jelaskan pengertian karawitan dari Ki SIndu Suwarno dan R.M Kusumadinata. Apa yang membedakan konsep keduanya tentang karawitan.

2.       Tuliskan pengertian musik pelog dan selendro. Jelaskan perbedaanya masing-masing.