Tak lumrah kata ini bagi para jejaka pencari hati. Menerawang seolah semua nyata. Muncul pula segelintir pribadi yang berdalih sebagai dukun pemberi janji.

Mungkin kita tak sepaham, tapi ini semua yang dibungkam dalam gebrakan underground para dukun cinta. Menabur sejuta janji sekadar untuk menuai sesuap nasi bahkan 'lebih'. Banyak realita yang mempertontonkan kelakuan brutal para pria hidung belang yang menganut provesi ini.

Masih layakah itu disebut provesi jika hal itu menguras bahkan melecehkan orang lain?

Namun, itulah sensasi yang menabur janji sesaat dan menuai penyesalan hingga akhirat. Mendengar kata sensasi, muncul begitu banyak persepsi dan tendensi entah positif entah negatif. Aku salah satunya dan mungkin pula kamu. Semua itu bergantung pada aliran dan kecenderungan setiap insan yang punya peluang.

Mengutip kata bang Napi, 'kejahatan terjadi karena ada kesempatan'. Saat berada di persimpangan ini orang tak lagi berpikir jernih, karena yang penting adalah ambisi untuk menikmati. Naluri hati dijaga ketat oleh naluri eros yang menggelegar.

Lalu apa itu sensasi?

'Sensasi': sekali nekad semuanya sirna'. Amat dangkal kedengarannya, namun realitanya demikian. Narkoba, cinta monyet, PHP, menjadi serpihan-serpihan kisah yang menampilkan kelalaian dan berujung kehilangan mahkota diri.

Kamu dan aku adalah para penikmat dan pencari sensasi, namun cara mendapat dan menjalankannya yang memberi perbedaan.

Jadilah pencari dan penikmat yang ingat diri agar tak menyesal di akhirat karena kelalaian sesaat. Inu bukan hanya bagi mereka yang memberi janji akan kenikmatan, tapi juga bagi kita para pencari amatiran. Lalai itu biasa tapi kalau lalai itu dihidupi sudah biasa di luar.