RELEVANSI TEOLOGI DI ERA MODERN

Apa itu teologi?
            Sebuah pertanyaan fundamental yang biasanya dilontarkan kepada audiens atau kepada para pelajar dan mahasiswa dalam mempelajari Teologi yakni “apa itu teologi”. Secara etimologis Teologi berasal dari dua kata Theos dan Logos. Theos berarti Tuhan atau Allah dan Logos berarti ilmu atau berpikir. Jadi secara harafiah dapat disimpulkan bahwa teologi merupakan ilmu yang mempelajari atau mendalami tentang Allah. Namun dalam perkembangan ilmu ini ada pula banyak pendapat yang mau menjelaskan tetang apa itu teologi. Misalnya Latoutelle yang mengartikan Teologi sebagai suatu pengetahuan yang memiliki Allah sebagai objeknya. Kehadiran Allah sebagai objek yang dipikirkan akan berujung pada pernyataan diri Allah kepada kita manusia dalam wahyu dan kita menanggapinya dalam iman.

Fungsi Teologi
Membangun konsensus iman atau kesatuan dan komunikasi iman. Melihat dan memandang ajaran gereja sebagai sebuah institusi yang bertugas untuk mengayomi dan membentuk iman para pemeluknya. Teologi yang dibangun oleh gereja mencoba untuk menjelaskan dan mensistematisasi seluruh ajarannya agar dapat dicerna oleh pemeluk-pemeluknya. Di sini teologi dipandang sebagai ilmu yang mampu mempertanggungjawabkan apa yang direfleksikan dengan objek yang khusus (yakni soal iman akan Allah). Selain itu teologi juga mengenba suatu tugas yakni mempertanggungjawabkan apa yang diajarkan.
Metode-Metode dalam Teologi
Pertama: penyelidikan historis (auditus fidei) dan refleksi teologis (intellectus fidei). Metode ini menyajikan sebuah gerakan ganda antara penyelidikan historis dan refleksi teologis. Dalam penyelidikan historis ditekankan sumber-sumber yang digunakan dalam berteologi semisal: kitab suci, magisterium, para bapak dan ibu gereja dll. Sedangkan dalam refleksi teologi lebih menekankan soal pemahaman dan penilaian yang menuntun orang menuju pada sebuah pemahaman baru dalam berteologi. Kedua: Metode Kontekstual. Ada dua cara yang digunakan dalam metode ini yakni perbandingan masa lalu dan masa kini. Pengalaman masa lalu memiliki artia bahwa apa yang sudah dimulai oleh para leluhur coba diangkat kembali dan disandingkan konteks kita masa kini. Penyandingan itulah yang akan memicu sebuah dialog kritis timbal-balik. Ketiga: Metode Katolik. Metode ini meliputi penjelasan mengenai Sakramentalis, Inkarnasi, Katolisasi dan Realisme Kritis yang coba diangkat untuk mengedepankan visi katolik. Metode-metode yang digunakan ini tidak lain dan tidak bukan untuk menjelaskan dan membangun pemahaman baru bagi para penganut agama yang hendak merefleksikan iman mereka akan Allah.

Iman dan Wahyu
Penjelasan mengenai iman selalu mendapat tempat yang khusus dalam gereja katolik. Iman dipandang sebagai renspon dari manusia akan panggilan atau pewahyuan diri Allah. Sedangkan Wahyu merupakan pernyataan diri Allah kepada manusia dengan cara-Nya sendiri yang terkadang tidak dapat dipahami oleh manusia, sehingga mengutip kata Aquinas: iman yang menolong budi, indra tak mencukupi. Wahyu Allah hanya akan dipahami dengan iman. Gereja mengakui bahwa Yesus-leh kepenuhan dari Wahyu Allah. Ia hadir dan tinggal di alam manusia agar manusia tahu bahwa Allah mencintai ciptaan-Nya.

Modernitas è Revolusi Industri
            Hal-hal yang mendasari perkembangan teologi pada saat ini adalah perkembangan pengetahuan yang sudah terasa sejak abab XII. Perkembangan ini bergerak dalam sebuah proses, mulai dari adanya pengetahuan, munculnya spesialisasi-spesialisasi ilmu dan perkembangan ilmu dalam bidang tertentu. Di lain pihak, pada abad ini lahir pula teknologi-teknologi dan ilmu-ilmu empiris. Ada suatu proses pergerakan yang terlihat di sana yakni: pergerakan dari masyarakat agraris (orang-orang lokal) menuju ke masyarakat urban (masyarakat yang mulai move on) dan berpuncak pada masyarakat industri (masyarakat modern). Pergerakan ini mau tidak mau juga melibatkan kesadaran individu dan komunal yang kemudian melahirkan agama, yakni suatu komunitas, yang dalam konteks tertentu juga bersifat privat. 

Perkembangan di abab ke-XX
            Lahirnya teknologi dan juga turut andil dalam perkembangan teologi, ternyata tidak mampu menjawab sebuah persoalan. Masyarakat yang dulunya harmoni terlihat “amburadul” atau kurang etis. Contohnya saja, seseorang yang membangun komunikasi: “mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat”. Yang dimaksud dengan pernyataan di atas adalah perkembangan teknologi khususnya dalam bidang komunikasi, HP, dan sejenisnya. Keharmonisan dan keramah-tamahan dalam komunikasi yang dulunya ada perlahan-lahan dikikis oleh adanya perkembagan teknologi. Namun, tidak menutup kemungkinan juga bahwa teknologi juga banyak membantu dan mempermudah manusia di zaman ini terlepas dari pengaruh-pengaruh negatifnya.

Kenyataan Hidup atau Paguyuban Sosial
            Kenyataan hidup atau paguyuban sosial mau menunjukan dua hal yakni panggilan yang bersifat eksklusif dan inklusif. Pertama: panggilan eksklusif, panggilan yang bersifat tertutup dan dapat dikatakan “individual” di mana Israel ditampilkan sebagai bangsa yang terpanggil dan terpilih. Keterpilihannya ini menunjukkan sifat eksklusif dari panggilan Allah. Kedua: panggilan inklusif, panggilan yang memperlihatkan suatu kesatuan atau komunio dari bangsa-bangsa dan tidak lagi bersifat tertutup melainkan semakin terbuka kepada semua bangsa. Seperti yang tercermin dalam LG 9: “kita semua dipanggil untuk sebagai satu bangsa,” tidak lagi berpusat pada satu bangsa yang kecil tetapi membangun sebuah bangsa yang lebih luas dalam satu kesatuan (komunio).

Konsep Berteologi
            Berteologi merupakan suatu proses perefleksian iman dengan manusia sebagai tokoh utama yang merefleksikan dan Allah sebagai tokoh yang direfleksikan dalam iman. Dapat dikatakan pula bahwa berteologi merupakan sebuah perefleksian iman akan Alllah. Dalam konteks jemaat perdana berteologi berarti dan terlihat dari perkumpulan bersama untuk mendengarkan para rasul yang mewartakan pengalaman mereka dengan Yesus sang kepenuhan wahyu. Dari perkeumpulan dan mendengarkan ini kemudian menciptakan suatu sejarah perkembangan gereja yang merumuskan dan membangun iman umat. Berteologi di tengah umat, di biara dan di universitas merupakan suatu bentuk keprihatinan untuk merumuskan iman umat yang kemudian juga dapat dibagikan kepada orang lain yang berada di sekitar kita. Sehingga berteologi merupakan pewartaan iman dari pengalaman perefleksian iman akan Allah.

Memahami Teologi dalam perspekti Global
Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan merupakan suatu pencapaian manusia yang amat membanggakan. Manusia berusaha untuk mengembangkan kapasitas dirinya untuk keberlangsungan hidupnya. Lalu apa yang hendak dipahami dengan perkembangan ini jika disandingkan dengan berteologi? Kurang lebih ada dua hal yang dapat menjelaskannya, diantaranya: mempermudah pewartaan dengan menggunakan media-media sosial dan membangun dialog global berbasis media. Media teknologi dilihat sebagai sarana untuk pewartaan yang juga tidak dapat dilepsa-pisahkan dari ilmu pengetahuan. Keduanya memberi sumbangsi yang amat besar dalam berteologi. Namun di sisi lain perkembangan ini-pun memberi pengaruh negatif sepertia yang sudah saya ungkapkan dalam topik perkembangan di abad ke-XX. Di sinilah setiap orang yang ingin berteologi diajak untuk bisa mengatasi dan menggunakan media teknologi sesuai fingsi tanpa mendiskrimasi pihak-pihak yang lain. 

Situasi Teologi yang Pluralistis
Situasi teologi yang pluralistis tidak lain adalah dengan munculnya pandangan bahwa dunia mengalami perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam dunia disebabkan oleh perkembangan IPTEK. Perkembangan IPTEK ini memicu lagi pandangan baru yakni “sekularisasi” atau otonomi hal-hal duniawi è diatur dengan tata aturan duniawi. Dunia kembali menjadi pusat. Di samping itu tak dapat disangkal keberadaan kita sebagai orang-orang yang pluralistis baik dalam budaya, agama, bahasa dan masyarakat. Oleh karena itu perkembangan teologi-pun harus melihat dan membaca situasi zaman yang sedang berkembang ini. Dengan demikian orang akan lebih mudah mendaratkan teologinya atau berteologi dari dan dalam zaman.